Aku sedang berdiri diam didepan
pintu keberangkatan bandara dengan tas ransel di pundakku dan koper disamping
kakiku. Sudah sepuluh menit aku menunggu disini. Orang yang kutunggu belum juga
terlihat. Siapa yang ku tunggu? Bukan siapa-siapa. Hanya adik semata wayangku.
Hari ini kita akan pulang bersama ke kampung halaman. Kita kuliah di kampus
yang berbeda namun masih di satu wilayah. Pandangan mencariku terhenti ketika
aku terkejut dengan tepukan keras yang aku rasakan di pundakku. Ah, dia
ternyata orang yang aku cari. Dia datang dari arah yang berbeda dari
pandanganku.
“Ehh, lama banget sih. Jalan kaki
ya lo kesini?” kataku pada adik dengan wajah tertawa sebal karena menunggu nya.
“Sorry dong kak, agak macet tadi di pintu masuk bandara.” ia membalas. Masih
berlanjut, “Ohiya, kenalin ini temen gue, Juna. Dia pulang bareng sama kita
juga hari ini. Ini yang gue bilang se-kampung sama kita itu.” aku mengalihkan
pandangan ke teman-nya itu dan dalam sesaat memori-ku berputar. Wajahnya, tidak
asing. Aku kenal wajah siapa ini. Tapi bukan ini orangnya. Tanpa berlama-lama
dengan tatapan mengingat-ku, aku langsung sambut jabat tangannya. “Hai,” kataku
sambil tersenyum. Dia pun membalas, “Hai” lengkap dengan
senyum tipisnya yang semakin membuat memori-ku berputar.
Wajah ini sudah lama kurindukan
sejak kepergiannya 3 tahun yang lalu. Sejak saat aku harus pergi merantau dan
meninggalkannya tanpa menyadari bahwa itu adalah pertemuan terakhir ku dengan
dia. Aku mendapat kabar dia sudah menghadap sang ilahi setelah 6 bulan aku dirantau.
Hari ini, aku merasa aku melihat dia lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar